Fakta-fakta Ketahanan Fisik Lintas Gender Dalam Pertempuran - FERI SULIANTA

FERI SULIANTA

Feri Sulianta's News Relay Berita terkini seputar edukasi hiburan gaya hidup teknologi kesehatan hobi sosial manzone

test banner

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Tuesday, January 16, 2018

Fakta-fakta Ketahanan Fisik Lintas Gender Dalam Pertempuran

Sebuah pengalaman dalam artikel yang ditulis oleh Fred Reed yang dilansir pada blognya yakni: fredoneverything.net, yakni ia adalah seorang profesional pertahanan keamanan, salah seorang rekannya yakni Catherine Aspy yang lulus dari Harvard pada tahun 1992 dan terdaftar di Angkatan Darat pada tahun 1995. Catherine bercerita padanya bahwa ia tertegun dengan apa yang dilihatnya di angkatan darat, bahwa didapati banyaknya ibu-ibu muda tidak menikah dan memanfaatkannya sebagai tempat mendapatkan pekerjaan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Ia sendiri mencoba mengambil pelatihan dengan serius dan berupaya bersaing dengan laki-laki. Ia mendapati diri tidak mampu, menurutnya perbedaan kemampuan fisik pria dan wanita sangatlah besar, dan selalu ada perempuan yang cedera karena pelatihan.

Tentara Pria (Sumber: https://www.army.mil/e2/c/images/2017/12/28/502796/size1.jpg)
Berikut hasil tes yang memperlihatkan persentasi kegagalan para pria dan wanita sebelum dan setelah mengambil pelatihan, diantara pria dan wanita didapati jurang perbedaan kemampuan fisik yang amat besar [Sumber: Women In Combat (Perempuan dalam pertempuran) [http://www.fredoneverything.net/MilMed.shtml]]

Tabel yang memperlihatkan kemampuan fisik para  pria dan wanita sebelum dan setelah mengikuti pelatihan
 
 Tes
% Wanita yang Gagal
% Pria yang Gagal

Sebelum
Training
Setelah Training
Sebelum Training
Setelah
Training
Stretcher carry, level
63
38
0
0
Stretcher carry/up, down ladder
94
88
0
0
Fire hose
19
6
0
0
P250 pump, carry down
99
99
9
4
P250 pump, carry up
73
52
0
0
P250, start pump
90
75
0
0
Remove SSTO pump
99
99
0
0
Torque engine bolt
78
47
0
0

Berdasarkan laporan Penugasan Perempuan dalam Angkatan Bersenjata [The Presidential Commission on the Assignment of Women in the Armed Forces] per tanggal 15 November 1992, yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku oleh Brassey pada tahun 1993, mengatakan bahwa: "Rata-rata perempuan yang direkrut sebagai tentara memiliki karakteristik 4,8 inci lebih pendek, memiliki berat badan lebih ringan 31,7 pon dengan 37,4 pon lebih sedikit massa otot, dan memiliki 5,7 pon lemak tubuh jika dibandingkan laki-laki pada umumnya. Ditambahkan lagi, para wanita memiliki lebih kurang 55 persen kekuatan tubuh bagian atas dan 72 persen kekuatan tubuh bagian bawah dibandingkan dengan pria.

Sebuah studi terhadap 124 tentara pria dan 186 tentara wanita yang dilakukan pada tahun 1988, mengungkapkan bahwa wanita beresiko dua kali lebih banyak mengalami cedera kaki dan hampir lima kali lebih banyak beresiko mengalami patah tulang dibandingkan laki-laki.

Keberadaan jurang perbedaan pria dan wanita diungkapkan pula oleh, Brian Patrick Mitchell, adalah mantan tentara dan jurnalis, penulis beberapa buku nonfiksi dan artikel ilmiah tentang politik dan agama. Dalam bukunya yang berjudul ‘Wanita di Militer: Bermain-main dengan Bencana’ (Bahasa Inggris: Women in the Military: Flirting With Disaster) mengungkapkan bukti nyata bahwa para tentara wanita memberikan pengaruh yang luar biasa negatif bagi pertahanan militer di Amerika Serikat.

Dalam bukunya ia menyatakan bahwa tekanan feminis yang ditenggarai politik, memfeminisasi angkatan militer, bahwa peran-peran pada para wanita terhadap institusi militer memberikan dampak negatif.

Mitchell menyajikan bukti yang kuat tentang perbedaan besar antara pria dan wanita di militer, Ia berpendapat bahwa bukti demikian seharusnya mampu membuka mata para petinggi untuk berpikir ulang terhadap kebijakan yang dibuat secara sepihak hanya untuk mengikuti agenda feminis, sayangnya bukti-bukti yang menjurus pada betapa tidak pantasnya perempuan dalam militer, dan terutama dalam pertempuran, kerap diabaikan.

Misalnya, ia merujuk pada studi Angkatan Darat, West Point yang mengungkapkan bahwa wanita lebih lemah dibanding laki-laki, didapati bahwa studi Angkatan Darat yang menunjukkan wanita lebih rentan mengalami cedera dibandingkan laki-laki, studi di Angkatan Laut pun mengungkapkan bahwa perempuan, sebelum dan sesudah pelatihan, didapati tidak mampu menangani kontrol kerusakan di atas kapal dan review terhadap kebijakan WITA (Women in the Army), ditemukan fakta bahwa lebih dari 90 persen wanita Angkatan Darat tidak mampu memenuhi persyaratan dan lebih dari 75 persen dikarenakan ketidakmampuan fisik.

Sebuah penelitian Angkatan Laut menemukan fakta bahwa jumlah taruna perempuan yang menderita sakit didapati hampir dua kali lipat dibandingkan taruna laki-laki. Juga sekitar 20 persen dari awak kapal perempuan hamil selama masa studi dalam jangka waktu satu tahun, hal ini terlepas dari fakta bahwa kontrol kelahiran sebenarnya menjadi pelayanan kesehatan di angkatan laut.

Mitchell mengatakan bahwa jika perempuan ingin berperan dalam militer maka karir yang dapat dilakoniknya yakni bertugas sebagai dokter militer dan perawat . Hal ini dikarenakan kurangnya peran dokter atau perawat pria dan wanita, selebihnya tidak ada alasan kuat untuk tetap mempertahankan perempuan di militer. Menurutnya, terus memaksakan diri menjaga keseimbangan antara kinerja militer yang baik dengan ‘kesempatan bagi perempuan’ akan berdampak dikorbankannya keamanan nasional.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Post Top Ad

Responsive Ads Here