LGBT, Muncul Karena Faktor Gen atau Problem Mental? - FERI SULIANTA

FERI SULIANTA

Feri Sulianta's News Relay Berita terkini seputar edukasi hiburan gaya hidup teknologi kesehatan hobi sosial manzone

test banner

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sunday, January 28, 2018

LGBT, Muncul Karena Faktor Gen atau Problem Mental?

Sedang ramai diperbincangkan LGBT untuk mendapatkan hak dan dilegalkan keberadaannya di berbagai belahan dunia. Apapun itu, salah satu yang tercetus dari  para aktivis, mereka bersikukuh bahwa keberadaan mereka tidak bisa terlepas dari genetika bahwa mereka dilahirkan sebagai gay atau penyuka sesama jenis. Menarik, bahwa sebenarnya sejak tahun 1950-an dan seterusnya riset-riset perihal perilaku LGBT ini dikategorikan sebagai perilaku penyimpangan seksual atau gangguan mental.

Ilustrasi Mental Disorder (Sumber: https://irannewsupdate.com/images/2014/HumanRights/Mental-Disorders.jpg)

Tetapi secara tiba-tiba di negara Amerika Serikat, pada tahun 1973 pencantuman LGBT dari daftar gangguan atau penyakit mental dihilangkan begitu saja tanpa alasan yang masuk akal, menurut Dr. Joseph Nicolisi ini adalah campur tangan politik, dengan interupsi dari aktivis gay. Interupsi politik ini seakan menghilangkan riset yang sudah bertahun-tahun dilakukan dan secara hukum mengubahnya,  bahwa LGBT bukanah penyimpangan dan bukan pula gangguan mental.

Terlepas dari perdebatan pelik, Dr. Joseph Nicolisi menyatakan bahwa perilaku LGBT bukanlah dikarenakan faktor gen, melainkan ketidaklengkapan transformasi seseorang dimasa kecil, bahwa ada 'cinta kasih' yang hilang dan orang yang bersangkutan secara alamiah membuat pertahanan secara mental dan perilaku dan berupaya mempertahanan cinta kasih yang tidak didapatnya dalam bentuk perilaku menyimpang.

Dr Nicolosi mencetuskan perawatan yang dinamakan terapi reparatif yang dalam prosesnya akan membantu mereka yang ingin menghilangkan  perilaku menyimpang dalam dirinya.
Burt Sorkey Psy.D, mengatakan meskipun kita kerap mendengar bahwa gay adalah faktor gen, tetapi masih diperlukan riset yang panjang dan banyak untuk membuktikan pernyataan itu. Sayangnya di Amerika Serikat, politik jauh lebih berkekuatan dari pada kebenaran pengetahuan, sedemikian sehingga gangguan mental pun dilegalkan untuk diterima sebagai perilaku yang wajar

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Post Top Ad

Responsive Ads Here