Perilaku, Aksi dan Profil Cyberbullying - FERI SULIANTA

FERI SULIANTA

Feri Sulianta's News Relay Berita terkini seputar edukasi hiburan gaya hidup teknologi kesehatan hobi sosial manzone

test banner

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Monday, January 15, 2018

Perilaku, Aksi dan Profil Cyberbullying

[Feri Sulianta] Dalam banyak  kasus cyberbullying berada level yang bias jika dihubungkan dengan  tindakan kejahatan, hal ini adalah masalah perilaku dan kebanyakan tidak menganggapnya sebagai kejahatan kriminal nan serius. Dalam hal ini moral seharusnya memegang peranan penting,moral akan mempengaruhi bagaimana mereka bertindak, karena sewaktu hukum demikian kasat mata, moral yang mengambil peranan.
Ilustrasi Cyberbullying (sumber: https://www.legalzoom.com/sites/legalzoom.com/files/uploaded/articles/cyberbullying.jpg)
Beberapa faktor yang menjadi alasan terjadi-nya  Cyberbullying dimana kualitas moral  berperan :
-          “Saya tidak mungkin tertangkap“, dan memang sulit untuk mendeteksi  dan memberikan ganjaran bagi si pelaku
-          “Sebenarnya, itu tidaklah demikian menyakitkan toh?“  Jikalau dibandingkan dengan tindak kekerasan fisik, memang kerugian/penderitaan yang dialami tidaklah terlihat
-          “Itu belum seberapa, saya malah mendaptkan pelecehan yang lebih daripada itu“ Meskipun, dilecehkan sangat tidak menyenangkan bukan berarti membalas untuk melecehkan atau menumpahkan kekesalah dengan melecehkan orang lain akan dianggap berterima.
-          “Saya tidak menyakiti pribadi-nya kok!“ - Mungkin pelecehan bisa saja terjadi/atau dialami perusahaan atau organisasi . Bagi pelaku hal ini tidak merugikan pribadi tertentu
-          “Semua orang pasti pernah melakukannya“ Memang banyak perilaku tidak etis dan orang – orang yang mengabaikan moral dikarenakan hukumnya tidak tegas dan bahkan tidak ada.
-          “Dia pantas mengalaminya!“ Sebenarnya pelaku ini bertindak atas dasar balas dendam semata, bahkan jikalau diperdebatkan si pelaklu atau-pun penderita dapat bertukar posisi
Disamping faktor moral, ada faktor lain yang memberikan kontribusi terdapat berkembangnya cyberbullying.  Teknologi informasi sabagi transformer memhadirkan cara berkomunikasi yang bahkan sama sekali baru, contoh : cara berkomunikasi menggunakan e-mail, cara bertransaksi dengan e-commerce dan masih banyak lagi. Dimana metode tradsional ditransformasikan secara total.
Teknologi informasi menciptakan dunia maya, yang memungkinkan kita bisa berkomunikasi tapi tidak terlihat atau anonymous (no name) meskipun  pada dasarnya  tidak sepenuhnyalah dikatakan tidak terlihat karena “cyberspacefootprints“    
Kekuatan anonymous yang diciptkanan teknologi informasi , selain berperan  akan maraknya Cyberbullying, juga berberpan terhadap marknya  men-download  musik yang memiliki hak cipta, berbagi software (pirated software) dan file – file video. Tindakan ilegal, melanggar hak cipta dan tidak terlihat, benar – benar luar biasa!
Meskipun demikian anonymous ada baiknya untuk digunakan sewaktu go-online dan adaah pilihan bijaksana dari pelaku yang ingin memanfaatkan informasi yang sifanya sangat pribadi.
Anonimity, memampukan seseorang yang mungkin terlihat pasif sewaktu berkominikasi dalam dunia nyata, menjadi demikian agresif dan garang dalam meluncurkan kata – kata pedas sewaktu go-online. Mereka  merasa lebih nyaman untuk berkominikasi dalam cyberworld karena faktor tidak terlihat ini.
Selain anonimoty, seseorang yang go-online mungkin memiliki identitas ganda. Adalah mudah membuat e-mail account, satu, dua bahkan lebih. Multiple identity seperti ini dapat dimanfaatkan untuk bertindak dengan tidak bertanggung jawab. Bisa jasa pelaku berkata : “ Yang tidak bertanggung jawab bukanlah saya yang sebenarnya, itu sisi lain dari pribadi dunia maya saya“.
 Suatu analogi demikian tampak masuk akal, “ Jangan memukul teman-mu!“, mengapa? Bisa kita beralasan : karena kamu akan dihukum guru, atau nanti kamu mendapat masalah atau nanti kamu dijauhi teman-teman. Tapi seandainya perilaku tadi titransformasikan kedalam cyberworld, dimana sipelaku tidak terlihat dan hukum bahkan tidak ada, dapat dibayangkan perilaku seperti apa yang  bakal terjadi.
Para  pakar dan pendidik memberikan solusi yang seharusnya sangat jitu jikalau diterapkan efektif, dimana moral, empati diterapkan.  
Selain faktor transforming yang dimampukan oleh teknologi informasi,  faktor lain yang dimunculkan bahwa teknologi informasi atau dalam hal ini cyberworld dapat berperan sebagai reflektor, karena apa yang dilakukan di cyberworld sebenarnya mencerminkan diri kita siapa sebenarnya, yang tanpa pedoman hukum dan bebas membuat moral dan etika menjadi satu – satunya pedoman kita berperilaku
Lebih jauh lagi ada beragam pembagian pemahaman dan perbandingan berkenaan karakteristik cyberbullying dan cyberbulliies, serperti :
-          perilaku : dalam bullying ( tradisional bullying) pelaku umumny memiliki kekuatan fisik dan status sosial yang dominan, sedangkan dalam cyberbullying kemungkinan nya bisa terbalik, bahkan berimbang
-          Aksi pelecehan : pelecehan dilakukan secara fisik atau ujaran langsung sedangkan dalam cyberbullying dikenal bentuk – bentuk pelecehan seperti : harrassment, cyberstlaking, exclusion ,dsb.
-          Usia : umunya cyberbullying banyak didapati di kalangan remaja berbeda dengan bullying yang banyak ditemukan dilakangan anak – anak.
-          Faktor Gender : Remaja pria umunya melakukan pelecehan secara fisik dan re-maja putri melakuklannya secara verbal, ini sulit menjadi dasar bahwa remaja pria lebih banyak berperan sebagai pelaku dalam cyberbullying. Meskipun demikian, umunya remaja pria cendering tergabung dalam online-game sedangkan remaja putri bergabung dalam chat room. Pelecehan yang mungkin terjadi dalam online game, misalnya dengan  membatasi anggota lain dalam on-line game untuk berpartisipasi.
-          Profil : profil pembangkang, pemberontak, nakal akan sangat mudah terlihat dan  umumnya perekalah pelaku dalam bullying, sedangkan cyberbullying bisa sebaliknya, yang terlihat  murid yang sopan dan pintar bisa menjadi pelaku yang  agresif
-          Faktor kekesalan dan diskriminasi  :  Pelecehan umunya terjadi karena kebencian, masalah gender, obesitas, cacat fisik, keterbelakangan /pronlem intelegensia, ras dan perbedaan agama. 
-          Orang tua : umumnya pelaku cyberbullying memiliki orang tua yang kurang menaruh perhatian terhadap anak-anaknya dan kurang memberikan pengawasan sewaktu anak – anak mereka go -online

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Post Top Ad

Responsive Ads Here