Donor Darah Beda Gender meningkatkan Resiko Kematian - FERI SULIANTA

FERI SULIANTA

Feri Sulianta's News Relay Berita terkini seputar edukasi hiburan gaya hidup teknologi kesehatan hobi sosial manzone

test banner

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Wednesday, December 6, 2017

Donor Darah Beda Gender meningkatkan Resiko Kematian

[Feri Sulianta]  Seperti dilansir oleh Livescience.com, dikatakan bahwa pria yang mendapatkan donor darah dari  wanita yang pernah hamil bisa berisiko bagi pria. Studi yang dipublikasikan pada oktober 2017  pada jurnal JAMA, menemukan bahwa  pasien pria yang mendapati transfusi darah dari donor wanita  pernah hamil,  13 persen berpeluang  meninggal, dibandingkan dengan pria yang menerima transfusi darah dari donor laki-laki.Sebaliknya, pria yang menerima transfusi darah dari wanita yang tidak  mengalami peningkatan risiko kematian, dibandingkan dengan pria yang menerima transfusi dari pria lain. Dan wanita yang menerima transfusi darah dari wanita baik dengan atau tanpa riwayat kehamilan tidak berisiko terhadap kematian, dibandingkan dengan wanita yang menerima darah dari donor laki-laki.

Temuan yang provokatif ini mungkin - memiliki implikasi klinis yang signifikan,serta mempengaruhi proses donor darah dan penggunaan darah dalam transfusi nantinya. Dr. Ritchard Cable, dari  Palang Merah Amerika, dan Dr. Gustaf Edgren, dari Departemen Hematologi di Rumah Sakit Universitas Karolinska di Stockholm, menulis dalam sebuah editorial yang menyertai penelitian ini.
Tidak jelas mengapa darah dari donor wanita yang telah hamil dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian di antara donor laki-laki. Namun, peneliti berspekulasi bahwa pengaruh ini mungkin dikarenakan sistem kekebalan tubuh wanita selama kehamilan.

Studi sebelumnya menunjukkan bahwa pria yang menerima transfusi darah dari wanita memiliki risiko kematian lebih tinggi daripada pria yang menerima transfusi dari donor laki-laki. Tapi tidak jelas apakah riwayat kehamilan di kalangan donor wanita mempengaruhi hubungan ini.Dalam studi  tersebut, para periset dari Leiden University Medical Center Belanda, menganalisis informasi dari lebih dari 31.000 orang yang menerima transfusi sel darah merah  antara tahun 2005 dan 2015 di negara tersebut. Orang-orang termasuk dalam penelitian ini hanya jika mereka menerima transfusi secara eksklusif dari satu dari tiga jenis donor: donor laki-laki, donor perempuan dengan riwayat kehamilan, dan donor perempuan tanpa riwayat kehamilan. (Ini berarti, pasien tidak  disertakan dalam penelitian ini jika mereka menerima transfusi darah dari donor pria dan donor wanita dengan riwayat kehamilan). 

Ilustrasi Gambar Labu Darah [sumber: http://www.tridentlifeline.com/upload/image/itt-blood-transfusion-set.jpg]
Secara keseluruhan, hampir 4.000 orang meninggal dalam kurun waktu riset. 101 dari 1000 orang pasien pria meninggal per tahun nya dan diantara mereka yang menerima darah dari donor wanita dengan riwayat kehamilan, dibandingkan dengan hanya 80 kematian per 1.000 orang per tahun di antara mereka yang menerima darah dari donor laki-laki. Meningkatnya  kematian  ini hanya terlihat untuk pria berusia 50 dan lebih muda. Di antara pria yang menerima darah dari wanita tanpa riwayat kehamilan, didapati  78 kematian per 1.000 orang per tahun - hampir sama dengan tingkat kematian di antara pria yang menerima transfusi dari donor laki-laki.Tetapi jika penelitian di masa depan menunjukkan kaitan yang sama, "Pusat darah dan layanan transfusi perlu mengurangi risiko kematian," kata Cable and Edgren dalam editorial mereka. Ini mungkin dilakukan dengan mencocokkan donor dan penerima berdasarkan jenis kelamin, atau dengan memodifikasi darah donor

Post Top Ad

Responsive Ads Here