Feminisme
sudah mengubah pola pikir kebanyakan orang, dan paham feminisme meresap pula
pada pemikiran orang-orang yang tidak mendefinisikan diri sebagai feminis. Alhasil,
mereka mendukung dan memberikan kontribusi yang tanpa disadari justru semakin
mengacaukan tatanan sosial gender yang ada di masyarakat. Kondisi ini pula yang mengakibatkan bahwa
feminisme dengan mudahnya merambah dunia hiburan termasuk pula yang utamanya adalah
perfilman Hollywood.
Hal
ini terlihat amat sangat jelas dengan apa yang ditayangkan sebagai produksi
dari perfilman Hollywood, paham feminisme menyusup pada skrip perfilm-an.
Buktinya, jika diperhatikan dan melihat pola perfilm-an, akan terlamati bahwa
selalu ada adegan yang menghadirkan tokoh wanita yang kuat diluar batas-batas
yang wajar. Misalnya saja, meskipun pada dasarnya secara fisik wanita tidak sedemikian
berkekuatan tetapi skenario film menyajikan wanita dalam karakter apapun akan
didaulat kuat dan sejajar bahkan lebih kuat dibandingkan pria. Hal ini umumnya tidak
terjadi di dunia nyata, tetapi di dunia hiburan kondisinya justru berbalik.
Bahkan buruknya lagi, film-film yang dibanjiri pesan feminis, kebanyakan dikonsumsi
oleh para pria, dan anak laki-laki yang secara tidak langsung mengindoktrinasi dan
wujud pembodohan terhadap para pria bahwa adanya ‘kemampuan mengejutkan dalam diri seorang wanita yang
melampau pria secara mental dan fisik’ yang meresap secara melalui penayangan
dari satu film ke film lainnya.
Salah
satu blog personal yang mengulas panjang lebar perihal indoktrinasi feminis
melalui film-film Hollywood dengan
atrikel yang berjudul: Indoktriasi Feminis melalui Hollywood dan Televisi
(Judul asli: Feminist Indoctrination via Hollywood and TV Land) mengatakan
demikian:
Saya
mendapati bahwa pengaruh feminis (politik sayap kiri) merambah ke Hollywood,
dan sudah dapat dialamati dengan jelas karakter mental yang sama setiap kali
feminis mempromosikan doktrin feminisnya. Caranya dengan memperlihatkan bahwa
semua laki-laki dan anak laki-laki tampak bagikan orang bodoh layaknya badut,
mempermalukan dan mendegradasi para pria, sedangkan wanita digambarkan sebagai pribadi yang cerdas, memegang
kendali bahkan muncul dengan amat sangat tepat saat dibutuhkan. Misalnya saja
seorang pria berotot dengan bobot +100 kilogram dengan mudahnya dihantam
oleh wanita yang hanya berbobot +
45 kilogram.
Jadi
tujuan feminisme adalah tidak hanya mempromosikan kebohongan melalui tokoh
"wanita yang kuat" tetapi juga menciptakan suatu kebohongan yang
berkepanjangan dengan menunjukkan semua pria adalah lemah, menyedihkan, serta
tidak memiliki kemampuan apapun.
Dalam
propagandanya, feminis tidak akan menunjukkan kelemahan mereka, tetapi berfokus
dengan meremehkan pria hanya untuk membuat diri mereka "merasa" lebih
baik, disaat yang sama mereka memperkenalkan visi misi feminisme.
Yang
dikatakannya terbukti dalam apa yang kita bisa lihat sendiri dalam film-film
masa kini, semuanya terpola, seberapa hebat tokoh pria yang melakoni suatu
cerita, selalu ada sosok wanita yang menyusup dalam skenario dan tanpa kita
sadari skenario tersebut dirancang untuk melemahkan posisi pria, bahkan jika
kondisi tersebut diproyeksikan dalam dunia nyata, sosok wanita seperti itu
tidak mungkin memiliki pengaruh seperti yang ditayangkan dalam film. Hal ini
mulai dialamati oleh para pria yang merasa tidak nyaman, bahkan ‘marah’ setelah
melihat tayangan demikian, mereka tidak menikmati tayangan seperti itu, yang
sedikit banyaknya mendegradasi sosok pria dengan cara yang sangat tidak masuk
akal.
Industri
perfilman sedang dalam proses belajar, perihal seberapa menjualkah feminisme
dan apakah para feminis dapat terus menyusupkan doktrin-doktrin mereka. Saat
ini sedikit banyaknya, masyarakat mulai sadar akan paham-paham feminis yang
mungkin saja mengacaukan industri hiburan dan berdampak ditinggalkan
pemirsanya.