Didapati
berita yang menyatakan bahwa banyak para marinir perempuan di kamp militer
tidak bisa menyelesaikan meski hanya tiga pull-up saja, yang kemudian aturan
diubah untuk diterapkan pada seleksi marinir wanita, hanya tidak masalah untuk
marinir pria yang pada dasarnya aturan demikian sudah diterapkan sejak lama.
Associated
Press menegaskan bahwa Korps Marinir akan menunda pelaksanaan standar baru pada
tentara wanita untuk melakukan setidaknya tiga pull up pada tes kebugaran
tahunan (sama dengan persyaratan untuk pria). Persyaratan untuk perempuan
seharusnya berlaku tahun ini, tetapi ditunda setelah tes menunjukkan bahwa 55
persen dari perempuan yang direkrut di Carolina Selatan tidak bisa
menyelesaikan tugas fisik demikian.
Lalu
fakta sebenarnya terkuak bahwa: pull-up lebih sulit dilakukan oleh wanita
dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan wanita memiliki massa
otot lebih sedikit di area tubuh bagian atas, kata Tim Hewett , direktur
riset di departemen kedokteran olahraga di Ohio State University Wexner Medical
Center. Temuan medis menyatakan, hasil pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI)
menunjukkan bahwa wanita memiliki sekitar 40 persen lebih sedikit massa tubuh
bagian atas daripada laki-laki. Ini berarti bahwa, secara umum kekuatan tubuh bagian atas alami wanita hanya
sekitar 50 sampai 60 persen dari pria.
Jadi
tampaknya prinsip kesetaraan antara pria dan wanita dalam militer bukan
memaksudkan setara dalam kekuatan, secara faktanya, keduanya mendapati beban
persyaratan yang tidak setara. Sudah hukum alam bahwa laki-laki lebih kuat
dibandingkan wanita. Hal ini memperlihatkan bahwa ketahanan dan kekuatan fisik ini tidak ada
hubungannya dengan konstruksi sosial.