[Feri Sulianta] Perilaku dalam
bersosialisasi merupakan bagian dari manusia sebagai anggota masyarakat, beberapa
istilah yang mungkin dijumpai diantaranya etika, tidak sopan, kriminal,
pengganggu dan masih banyak lagi. Bahkan
sewaktu seseorang menjadi bagian dari Masyarakat CyberWorld atau sewaktu mereka
mengakases internet (go online),
perilaku demikian dapat pula dijumpai. Karakteristiknya
kurang lebih sama, meskipun dalam kemasan yang berbeda.
Ilustrasi CyberBullying (sumber: https://media.victoriaadvocate.com/cache/25/27/2527b036df0ff8b60871d283cd7e374e.jpg)
|
Bullying (pelecehan
atau menggangu) yang didapati dalam kehidupan nyata, didapati pula dalam
CyberWorld dan dikenal dengan istilah Cyberbullying. Istilah ini digunakan
karena internetlah yang menjadi media perantaranya, berbeda dengan Bullying
yang mengandalkan sarana fisik seperti
ujaran frontal ataupun kekerasan fisik lainnya.
Perilaku
negatif ”bully” seperti ejekan kasar dari teman – teman sebaya di sekolah, memberikan
julukan yang melecehkan ,perilaku anarkis sekelompok remaja terhadap rekan
sebaya-nya yang dianggap lemah, penakut/pengecut dan mudah diperdaya merupakan
sebagian dari banyak kasus bullying.
Percaya atau tidak, orang dewasa pun bisa saja menjadi pelaku ataupun korban
dari rekan – rekan sekerja.
Terlepas
dari berbahaya atau tidak, bullying dapat langsung terlihat dan di-identifikasi
sehingga penanganan dapat dilakukan sesegera mungkin. Misalnya penanganan
remaja bermasalah yang didapati melecehkan rekan sekolahnya, mereka dapat
langsung ditangani oleh guru yang bersangkutan.
Tetapi Cyberbullying tidak semudah itu untuk diatasi dan
umumnya dideteksi dari dampak yang ditimbulkan yang bahkan sering kali
terlambat dan berlarut – larut. Mengapa? Media-lah yang membuatnya berbeda.
Dunia
Cyber atau dunia maya atau disebut pula dunia virtual, didalamnya pertukaran
informasi dan komunikasi terjadi tanpa diperlukan kehadiran dua orang atau
lebih secara fisik yang mungkin ada ditempat yang berbeda dan kapan saja. Bahkan
bisa saja orang yang diajak berkomunikasi tidak tahu secara pasti identitas
orang yang berdialog dengannya.
Para
remaja aktif dalam ber-internet dan mereka menjadi pengguna internet yang
potensial, mereka menganggap internet sebagai lahan atau dunia yang penuh
dengan aktivitas sosial yang menarik. Contoh yang bisa ditemui sewaktu para
remaja asyik chatting dan berkirim e-mail dalam cyber cafe atau di rumah
menggunakan internet akses yang tersedia, bisa jadi tanpa pengawasan orangtua.
Sewaktu
mereka go online menggunakan internet
sebagai medianya atau teknologi lain seperti Telepon Seluler (Cell Phones),
remaja memanfaatkannya untuk berkirim e-mail, membuat personal website, posting
tulisan – tulisan yang sangat personal dalam Blog ( Online Diary interaktif),
berkirim pesan – pesan tertulis dan gambar menggunakan Cell Phones, berkirim
pesan menggunakan IM (Instants Messaging), Chatting dalam Chatroom, posting ke Discussion Boards dan mencari teman –
teman baru dalam situs komunitas teman sebaya. Friendster adalah salah satu
website yang menawarkan fasilitas yang kaya akan aktifitas sosial dan kemudahan. Salah satu fitur adalah search enginee yang dimanfaatkan untuk
mencari rekan se-alumni. Hubungan yang terputus dalam dunia nyata bisa terjalin
kembali dalam Cyberworld. Benar – benar luarbiasa !
Sayangnya
dalam lingkungan yang kaya dengan aktifitas sosial ini, beberapa remaja
memanfaatkan sarana diatas untuk mengirimkan pesan – pesan tertulis dan gambar
– gambar yang melecehkan rekan sebaya mereka, perilaku inilah yang dialamati
sebagai Cyberbullying.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.