Dalam talkshownya pada Dublin Report, Christina Sommers menjelaskan bahwa feminisme Eropa dialamati baik dan berpaut pada pencerahan, tetapi justru di tangan akademia, feminisme mulai mengalami perubahan. Bukannya mencari ‘kesetaraan’, feminis menjauh dan menjadi amat radikal, mereka menjadikan ruang kelas sebagai tempat untuk mengembangkan ide-ide radikalnya, membuat pernyataan sepihak tanpa dasar dan tanpa bukti nyata. Ini yang Christina alamati sendiri sebagai pendidik di universitas.
Christina Hoff Sommers |
Sayangnya yang
radikal ini menjadi dominan karena memonopoli edukasi, sedangkan feminisme
gelombang ketiga menjadi semakin ekstrim
dikemudian hari, feminis seperti ini tidak akan memberikan manfaat apa-apa bagi
siswa di universitas. Ia menjelaskan contohnya dengan perbedaan upah, yang jika ditanyakan pada
kelompok politik, mereka pasti
menjawabnya bahwa hal demikian
timbul karena faktor diskriminasi, menyalahi perusahaan dan patriarki (Christina mengatakan bahwa patriarki penindas sebenarnya
hanya omong kosong), tapi jika menanyakannya pada ahli ekonomi halnya akan
berbeda, karena pada dasarnya pria memilih pekerjaan yang lebih berbahaya,
bekerja penuh waktu, memilih pula
bidang yang berbeda dibandingkan wanita, sedangkan wanita lebih memilih bekerja part time dan mendapatkan waktu luang bagi dirinya sendiri, hal ini sangat
relevan jika terjadi perbedaan gaji antara semua pria dan semua wanita tanpa
memandang jenis pekerjaannya, inilah riset yang benar dan baik, tetapi feminis
justru menghembuskan pernyatan yang berbeda dan tidak mendasar. Bahkan Christina menyatakan bahwa lama kelamaan mereka akan
semakin tidak populer dengan aksi
radikal dan seminar-seminar radikalnya yang membuat orang tidak akan memberikan
atensi lebih dari 10 menit
terhadap ide-ide mereka.
Sewaktu
moderator, bernama Dave Rubin, menyatakan bahwa dalam dunia seperti ini banyak
orang dibingungkan dengan kebenaran dan fakta, terutama menyangkut gender dan
keadilan, maka Christina menyarankan agar orang-orang mencari dan merujuk
berita dari sumber-sumber yang dapat dipercaya, misalnya dengan banyaknya lansiran
berita perkosaan dialami wanita-wanita
dan yang diberitakan secara fantastis, Christina
melihat biro statistika dan faktanya justru berbeda, meskipun pemerkosaan
sangatlah buruk, tetapi di kampus hal ini amat sangat jarang terjadi, tidak
seperti yang diberitakan, hanya saja
banyak orang memilih untuk mempercayai berita yang f dibesar-besarkan.
Christina mengatakan dalam akhir wawancaranya, bahwa ia
adalah ‘faktual feminis’ yang sangat identik dengan feminis klasik untuk
pencerahan bahwa pria dan wanita adalah setara sebagai manusia, tidak ada
diskriminasi, menjunjung keadilan, dan hal ini baik untuk semua orang, tidak
pula harus dinamai feminisme, orang bisa menyebutnya sebagai humanis, atau peopleism, equalism, tapi sayangnya
feminisme radikal, membawa feminisme
pada pelecehan dan tindakan mengolok-olok
pria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.