Istilah xeriscape (baca : ziri-skep) terdengar asing bagi para pencinta tanaman di Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi karena pada dasarnya konsep xeriscape lahir di luar negeri yang memiliki karakteristik daerah beriklim kering.
Kata xeriscape berasal bahasa Yunani yang secara etimologi terbentuk dari dua kata yaitu kata ‘xeri’ atau ‘xeros’ yang berarti kering dan kata ‘scape’ yang berarti pemandangan. Maka xeriscape memaksudkan pemandangan yang kering
Seiring perkembangan teknik pertamanan, konsep Xeriscape diadopsi untuk lanskap atau taman karena kebutuhan khusus, dengan empat faktor esensial sebagai penyangganya:
- Keterbatasan sumberdaya air
- Minim perawatan dan pemeliharaan
- Komposisi jenis tanaman tahan kering
- Tanaman yang lambat pertumbuhannya
Konsep lanskap Xeriscape merupakan kabar baik untuk para pencinta tanaman di tanah air. Khususnya bagi mereka yang tinggal di tempat-tempat yang memiliki problem dalam suplai air, seperti di kota-kota besar.
Dengan pendekatan xeriscape dalam bercocok taman memperlihatkan kita mengambil langkah proaktif untuk melindungi dan menghemat sumber daya, semua pihak diuntungkan, misalnya:
· Pihak penyedia air diuntungkan dengan penghematan sumberdaya air.
· Disainer lanskap dapat mengeksplorasi kreatifitas dalam menciptakan tanam unik nan kreatif.
· Pemilik mendapatkan taman berkelas yang minim pemeliharaan dan perawatan.
· Tanaman xeriscape dapat tumbuh subur tanpa harus merana kekurangan unsur hara dan air.
Tanah kering miskin hara dapat diolah menjadi Xeriscape tanpa membutuhkan upaya besar |
Berkebun dan bertaman cara Xeriscape selayaknya
dicoba dan dijadikan alternatif. Di beberapa daerah di mancanegara
xeriscape telah menjadi satu trend karena pendekatannya yang ramah lingkungan
dan perawatannya yang ‘simpel’ dan bebas ‘ribet’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.