Dua siswa transgender wanita yang adalah laki-laki secara biologis, Terry Miller dan Andraya Yearwood, masing-masing finis pertama dan kedua, pada lari jarak 55 meter dan menyingkirkan para wanita. Bahkan, Miller mencetak rekor baru putri dan juga memenangkan pertandingan untuk jarak 300 meter. Tahun sebelumnya, keduanya finis pertama dan kedua untuk lomba lari 100 meter.
Terry Miller dan Andraya Yearwood wanita transgender menempati juara satu dan dua lari wanita |
Inilah sebabnya kompetisi wanita dan pria dibuat terpisah, sehingga wanita dapat memamerkan tubuh dan kemampuan mereka dan mendapatkan pengakuan tanpa dibayangi oleh pria dengan keunggulan fisiologis yang melekat. Alasan yang masuk akal ini perihal batasan kompetisi yang terpisah antara pria dan wanita akhirnya pudar.
Komite Olimpiade telah memutuskan persyaratan untuk operasi penggantian kelamin untuk atlet transgender, dan telah menetapkan tingkat testosteron maksimum untuk wanita transgender yang masih terbilang tinggi untuk wanita biologis. Bahkan jika atlet pria secara biologis menurunkan kadar testosteron mereka, tubuh mereka masih berbeda.
Mantan pemain bola voli Olimpiade dari Brasil, Ana Paula Henkel, menyatakan hal ini dalam sebuah surat terbuka yang menentang kebijakan Olimpiade yang baru. "Keputusan tergesa-gesa untuk memasukkan pria biologis (wanita transgender), yang lahir dan tumbuh dengan testosteron, dengan tinggi badan mereka, kekuatan dan kapasitas aerobik pria, berada di luar lingkup toleransi," tulis Henkel. "Itu menekan, mempermalukan dan mengecualikan wanita."
Dia mengutip contoh pemain Brasil yang sebelumnya berkompetisi sebagai pria dan sekarang mendominasi di liga wanita dan mungkin akan masuk pada formasi tim Olimpiade wanita 2020.
Tidak mudah mengajukan keberatan perihal aturan tersebut. Kaum feminis pun akhirnya menuai pill pahit dan mendapati diri dikucilkan karena bersikeras bahwa ada perbedaan antara pria dan wanita yang mendasar dan tidak bisa diabaikan atau dihilangkan, padahal feminis kerap kali mengatakan bahwa pria dan wanita tidak berbeda dan gender adalah konstruksi sosial.
Sewaktu petenis wanita yang tenar, Martina Navratilova menyanggah perihal pria biologis (transgender wanita) yang bersaing dalam olahraga wanita, dia diserang dan dihujat sebagai transphobia. Mantan perenang Olimpiade Sharron Davies, dari Inggris, pun mengalami sentimen serupa.
Manusia masa kini hidup di zaman ketika menyatakan keberatan menjadi hal yang dilarang, sama seperti sewaktu dulu sewaktu seseorang mengatakan bahwa pria lebih kuat, para feminis dengan geramnya memprotes, sekarang semuanya telah berbalik dan olahraga wanita mungkin tidak akan pernah sama lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.