Temuan yang provokatif ini mungkin - memiliki implikasi klinis yang signifikan,serta mempengaruhi proses donor darah dan penggunaan darah dalam transfusi nantinya. Dr. Ritchard Cable, dari Palang Merah Amerika, dan Dr. Gustaf Edgren, dari Departemen Hematologi di Rumah Sakit Universitas Karolinska di Stockholm, menulis dalam sebuah editorial yang menyertai penelitian ini.
Tidak jelas mengapa darah dari donor wanita yang telah hamil dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian di antara donor laki-laki. Namun, peneliti berspekulasi bahwa pengaruh ini mungkin dikarenakan sistem kekebalan tubuh wanita selama kehamilan.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa pria yang menerima transfusi darah dari wanita memiliki risiko kematian lebih tinggi daripada pria yang menerima transfusi dari donor laki-laki. Tapi tidak jelas apakah riwayat kehamilan di kalangan donor wanita mempengaruhi hubungan ini.Dalam studi tersebut, para periset dari Leiden University Medical Center Belanda, menganalisis informasi dari lebih dari 31.000 orang yang menerima transfusi sel darah merah antara tahun 2005 dan 2015 di negara tersebut. Orang-orang termasuk dalam penelitian ini hanya jika mereka menerima transfusi secara eksklusif dari satu dari tiga jenis donor: donor laki-laki, donor perempuan dengan riwayat kehamilan, dan donor perempuan tanpa riwayat kehamilan. (Ini berarti, pasien tidak disertakan dalam penelitian ini jika mereka menerima transfusi darah dari donor pria dan donor wanita dengan riwayat kehamilan).
|