Aaron Russo |
Pun, para anti feminis negara Barat menuduh bahwa feminisme adalah alat pemerintah untuk mengontrol keluarga, dimana wewenang atas keluarga bukan lagi pada kepala keluarga atau orang tua tetapi, secara tidak sadar dialihkan ke pemerintah. Hal ini teralamati dengan adanya undang-undang yang mengatur banyak hal perihal keluarga dan anak-anak. Kondisi ini dimungkinkan sewaktu feminis ‘membukakan pintu’ bagi pemerintah untuk mengakses ranah keluarga.
Menggusung sub artikel yang berjudul: Bastardisation Male pada sebuah situs web, menginformasikan perihal betapa bodohnya
feminis, dalam artikel itu memaparkan, Jack dan Milo yang membahas
tentang caranya pria dipermalukan dan dihancurkan ,
yakni pria diolok-olok, dan dilecehkan, sedangkan feminis menggusung serta
mengklaim "kesetaraan", sekaligus menyatakan bahwa wanita lebih
mulia, menganggap dirinya seorang putri yang istimewa.
Dalam artikel tersebut dikatakan bahwa, para
perempuan masa kini yang merasa diri istimewa secara berlebihan,
bertanya-tanya dimana semua pria yang baik pergi dan pria-pria cerdas nyata-nyatanya menghindari mereka bak penyakit menular. Hanya
saja, ada pria-pria yang lebih memilih membiarkan hidupnya hancur, dan ini
dialami beberapa diantaranya sewaktu mereka menjalin hubungan dengan perempuan
yang mengganggap dirinya terlampau istimewa. Lansiran tersebut mengajak agar
para pria sadar, bangun dari tidurnya, mulai berjuang kembali, menempati kembali posisi
sebagai layaknya pria, serta memperingatkan jangan sampai pria-pria lain menjadi
korban berikutnya dari feminisme.
Jika terus dibirakan, kekuatan politik yang
diidentifikasi sebagai globalis, komunis dan liberal mengalamati manfaat yang didapat dari feminisme, dengan
memunculkan instabilitas pada keluarga, membuat istri melawan suaminya, membebankan pengenaan pajak yang tinggi, inflasi dan merendahkan
pekerjaan ibu rumah tangga.
Hal ini mampu memaksa wanita untuk masuk sebagai angkatan kerja dan anak-anak digiring ke pusat-pusat penitipan anak. Dengan menghembusakan ide bahwa ibu rumah tangga adalah kelompok yang tertindas, bahwa mereka dipaksa untuk memasak, mengurus serta membersihkan rumah, membesarkan anak-anak sementara suami mereka bisa bepergian, dengan demikian para perempuan mulai mengalihkan visi misinya untuk pengejaran karir. Peran ibu rumah tangga menjadi tidak lagi populer, bahkan dipandang sebagai hambatan bagi wanita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.