Wanita Ini Gigih Menentang Feminis - FERI SULIANTA

FERI SULIANTA

Feri Sulianta's News Relay Berita terkini seputar edukasi hiburan gaya hidup teknologi kesehatan hobi sosial manzone

test banner

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Wednesday, January 17, 2018

Wanita Ini Gigih Menentang Feminis

Salah seorang aktivis, Karen Straughan yang menyatakan dirinya sebagai anti feminis mengatakan bahwa feminis sudah melampaui batas, menurutnya feminis terus menggerogoti tatanan sosial dengan paham-pahamnya yang semakin menyimpang.

Dalam orasinya, Karen mengatakan bahwa feminisme hanyalah opsional, bukan pilihan hidup dan bukan pilihan orang-orang pada umumnya, ditambahkannya lagi bahwa ideologi feminisme mengakibatkan pria dirugikan oleh sistem yang diskriminatif yang diciptakan oleh feminis, ini terlamati dengan kasus dimana anak-anak laki-laki dikeluarkan dari sekolah, pria yang dilecehkan oleh teman wanitanya dan harus mendekam di penjara, suami yang harus membayar child-support diluar kesanggupannya, dan para suami yang tidak diperbolehkan melihat anaknya sendiri.


Karen Staughan (Sumber: https://i.ytimg.com/vi/e92u5U3Acgs/maxresdefault.jpg)
Dijelaskannya bahwa problem dari feminisme adalah bahwa feminis menuntut terlalu banyak, feminisme layaknya perserikatan yang memang bermanfaat pada masanya, tetapi kemudian mereka mengambil langkah terlalu jauh.

Karen Straughan, anti feminis yang menyatakan orasinya dengan tema ‘Murid-murid laki-laki dalam bahaya’ (Male Student in Peril)’ per 1 november 2014 pada Kennesaw State University [didokumentasi oleh Studio Brule]

Berdasarkan pengalaman dan aksinya dalam bersosialisasi, Karen mengungkapkan temuan bahwa masyarakat pada umumnya tidak menyangkal apa yang terjadi dengan kondisi masyarakat masa kini karena dampak negatif feminisme.

Diungkapkannya lagi bahwa didapati ada orang-orang yang mendukung feminisme dan menyatakan diri sebagai feminis dengan proporsi 25% populasi dunia, tetapi didapati populasi 90% mendukung ‘equality’, terdapat kondisi tumpang tindih dalam kasus ini dan bukan tidak mungkin banyak yang menyatakan diri anti feminis. Karen berpendapat bahwa feminisme tidak sepopuler kelihatannya, banyak yang sebenarnya menyatakan tidak dan diam tidak bergeming sewaktu dihadapkan dengan ajakan para feminis.

Dalam portal para feminis, mereka melansir informasi bahwa banyak orang salah kaprah tentang feminisme, dan mengatakan bahwa feminisme tidak ditujukan untuk membenci pria, dan bukan pula lembaga yang ditujukan untuk mengunggulkan kaum perempuan, sebaliknya feminis menyatakan bahwa feminisme adalah langkah yang benar dan langkah menuju kesetaraan. Hanya saja, jika ada wanita tidak sepaham, maka para feminis beranggapan mereka sangat bodoh atau bahkan mengalami cuci otak. “Feminis memang hebat dalam menunjukan ideologinya sebagai paham berjubah putih sedangkan dalam aksinya sangat bertolakbelakang dan merongrong masyarakat”, Karen berkomentar.

Feminis sangat berkomitmen dengan kepercayaannya, feminisme tidak lain adalah ideologi politik. Hal ini muncul dipermukaan pada tahun 1970 yang menapakkan kaki pertama kali di institusi pendidikan negara Barat yang dimotori oleh para penggagas yang mengusulkan dibentuknya ‘women study’ (bidang kajian perempuan). Karen menyatakan secara blak blakan bahwa jika orang-orang membaca tulisan-tulisan para feminis, dapat disimpulkan bahwa mereka naga-naganya pernah tinggal di rumah sakit jiwa.

Menurutnya, feminisme tidak berbeda dengan ideologi lainnya, yang akan mengisi media, politik, pemerintahan, legislasi, edukasi dan akademia. Feminis akan selalu menyusupkan ideologinya ke segala aspek pada masyarakat dan ini bisa dilihat pada agama, ragam ideologi dan berbagai sistem kepercayaan, feminisme tidak jauh berbeda dengan ideologi lainnya.


Dalam sepak terjangnya feminisme selalu menggambarkan bahwa patriarki adalah sistem yang buruk, mendukung tindak kekerasan terhadap perempuan dan  harus disingkirkan - Karen Straughan.

Karen merujuk perihal  visi misi sebuah proyek ‘He for She’ yang tersebar di berbagai portal berita, Emma Watson didaulat sebagai ujung tombak dari gerakan tersebut. Hal ini dikomentari oleh banyak pihak dan menuai pro dan kontra, dan Karen mengungkapkan apa sebenarnya maksud dari gerakan tersebut.

Bahwa ‘He for She’ menciptakan stereotip bahwa pria adalah pribadi yang agresif dan pengendali, dan sebaliknya memberikan stereotip pada perempuan sebagai korban dari racun maskulinitas. Lebih lanjut lagi Emma Watson menganjurkan pria dan anak-anak lelaki agar menjadi ‘rapuh’ sehingga bisa menjadi manusia juga (Emma speech: “I want men to take up this mantle,” she said. “So their daughters, sisters and mothers can be free from prejudice but also so that their sons have permission to be vulnerable and human too). Karen mengungkap bahwa misi terselubung ini memiliki wujud sebuah propaganda guna menekan maskulinitas dalam diri pria.

Orasi Karen ditutup dengan analogi: tidak heran jika banyak orang berpikir bahwa feminisme tidak menyukai (berseberangan dengan) laki-laki, Mengapa bisa demikian? Karena feminisme menggagas bahwa maskulinitas adalah racun, dan menuduh bahwa sistem patriarki memunculkan ketidakadilan.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Post Top Ad

Responsive Ads Here