Mengenal Peter Lloyd - Penulis Stand By Your Manhood - FERI SULIANTA

FERI SULIANTA

Feri Sulianta's News Relay Berita terkini seputar edukasi hiburan gaya hidup teknologi kesehatan hobi sosial manzone

test banner

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sunday, January 14, 2018

Mengenal Peter Lloyd - Penulis Stand By Your Manhood

[Feri Sulianta] Peter Lloyd, menjadi dikenal dengan buku  buku Stand By Your Manhood yang ditulisnya. Meskipun tampaknya ia berseberangan dengan feminis, tetapi dalam suatu interview ia mengatakan bahwa ia mencintai wanita dan tidak membenci wanita, hanya saja dia mengalamati bahwa feminisme telah mengubah tatanan sosial masyarakat termasuk pula aspek politik, hal ini terlihat dari dampak akhir yang diakibatkannya, seperti pria yang termarjinalkan dalam hal pengembangan manusia, anak-anak laki-laki yang mengalami kemerosotan taraf pendidikan dibandingkan prestasi anak-anak perempuan yang terus meningkat, ia pun menyajikan fakta dan telah melakukan riset terkait ketimpangan yang terjadi.

Peter Lloyd
Peter pun banyak menyerukan pernyataan keadilan gender, termasuk ke dalam aktivitas kesehariannya, yang juga ramai diperbincangkan dalam media, yakni sewaktu Peter menuntut sasana kebugaran karena bias gender. Kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara sasana kebugaran dipandang tidak adil, dimana  sasana kebugaran memberlakukan aturan untuk jam khusus perempuan dan pria tidak boleh masuk, termasuk  pula melarang instruktur-instruktur pria. Peter beralasan bahwa pada dasarnya pria pun membutuhkan sasana kebugaran, bahkan dalam hal jangka waktu hidup, pria didapati berumur lebih pendek dibandingkan wanita, maka tidak menjadi alasan jika pemberlakukan kebijakan ini untuk mengalamati kebutuhan wanita akan kesehatan semata. Sebelum Peter melayangkan tuntutan, Peter sempat mengajukan 3 pilihan yakni:  (1) memberlakukan pula sesi khusus untuk pria (2) mengembalikan sebagian dari iuran bulanan sasana kebugaran kepada konsumen pria karena pemberlakukan sesi khusus perempuan (3)menghapuskan sesi khusus wanita.  Pihak sasana kebugaran sama sekali tidak memperdulikan persyaratan yang diajukan Peter dan menolak semua usulan.

Tuntutan yang dilakukan Peter mendapatkan sanggahan dari beberapa pihak yang adalah kaum feminis,  yang menyaktakan: “Minority of women 'feel' bad about their bodies. And because heterosexual men are naturally attracted to women, their very existence makes it worse, so they say we should be banned.” (perempuan 'merasa' buruk tentang tubuh mereka, karena laki-laki heteroseksual secara alami tertarik pada wanita, keberadaan mereka membuat lebih buruk, sehingga pria dilarang masuk )
Tetapi Peter mengatakan bahwa:  “If these women have issues with their bodies, I truly sympathise - but it's their problem, not mine. Nor is it any other man's.” (' Jika para wanita ini memiliki masalah dengan tubuh mereka, saya benar-benar bersimpati - tapi itu masalah mereka, bukan masalah saya dan bukan pula masalah orang-orang lainnya ').
Dalam tuntutannya,  Peter membubuh dasar bahwa gugatannya ditujukan terhadap bias gender. Tidak hanya karena kebijakan mereka tidak adil, tetapi karena mendeskriditkan maskulinitas sekaligus menekan maskulinitas. (kutipan: “I’m suing the gym for gender bias. Not simply because their policy is unfair, but because it pathologises masculinity while simultaneously repressing it.”)


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Post Top Ad

Responsive Ads Here