[Feri Sulianta]
Peter Lloyd, menjadi dikenal dengan buku buku Stand By Your Manhood yang ditulisnya. Meskipun tampaknya ia berseberangan dengan feminis, tetapi dalam suatu interview ia mengatakan bahwa ia mencintai wanita dan tidak membenci wanita, hanya saja dia mengalamati bahwa feminisme telah mengubah tatanan sosial masyarakat termasuk pula aspek politik, hal ini terlihat dari dampak akhir yang diakibatkannya, seperti pria yang termarjinalkan dalam hal pengembangan manusia, anak-anak laki-laki yang mengalami kemerosotan taraf pendidikan dibandingkan prestasi anak-anak perempuan yang terus meningkat, ia pun
menyajikan fakta dan telah melakukan riset terkait ketimpangan yang terjadi.
|
Peter Lloyd |
Peter pun
banyak menyerukan pernyataan keadilan gender, termasuk k
e dalam aktivitas kesehariannya, yang juga ramai
diperbincangkan dalam media,
yakni sewaktu
Peter menuntut sasana kebugaran
karena bias gender. Kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara sasana kebugaran dipandang tidak adil, dimana sa
sana kebugaran
memberlakukan aturan untuk jam khusu
s perempuan dan
pria tidak boleh masuk, termasuk pula
melarang instruktur-instruktur pria. Peter beralasan bahwa pada dasarnya pria
pun membutuhkan sasana kebugaran, bahkan dalam hal jangka waktu hidup, pria
didapati berumur lebih pendek dibandingkan wanita, maka tidak
menjadi alasan jika pemberlakukan kebijakan ini
untuk mengalamati kebutuhan wa
nita akan
kesehatan semata
. Sebelum Peter melayangkan tuntutan, Peter sempat
mengajukan 3 pilihan yakni: (1)
memberlakukan pula sesi khusus untuk pria (2) mengembalikan sebagian dari iuran
bulanan sasana kebugaran kepada konsumen pria karena pemberlakukan sesi khusus
perempuan (3)menghapuskan sesi khusus wanita.
Pihak sasana kebugaran sama sekali tidak memperdulikan
persyaratan yang diajukan Peter dan menolak semua usulan.
Tuntutan yang
dilakukan Peter mendapatkan sanggahan dari beberapa pihak yang adalah kaum
feminis, yang menyaktakan: “Minority of
women 'feel' bad about their bodies. And because heterosexual men are naturally
attracted to women, their very existence makes it worse, so they say we should
be banned.” (perempuan 'merasa' buruk tentang tubuh mereka, karena laki-laki
heteroseksual secara alami tertarik pada wanita, keberadaan mereka membuat
lebih buruk, sehingga
pria dilarang masuk
)
Tetapi Peter
mengatakan bahwa: “If these women have
issues with their bodies, I truly sympathise - but it's their problem, not mine.
Nor is it any other man's.” (' Jika para wanita ini memiliki masalah dengan
tubuh mereka, saya benar-benar bersimpati - tapi itu masalah mereka, bukan
masalah saya dan bukan pula masalah orang-orang lainnya ').
Dalam tuntutannya, Peter membubuh dasar bahwa gugatannya
ditujukan terhadap bias gender. Tidak hanya karena kebijakan mereka tidak adil,
tetapi karena mendeskriditkan maskulinitas sekaligus menekan maskulinitas.
(kutipan: “I’m suing the gym for gender bias. Not simply because their policy
is unfair, but because it pathologises masculinity while simultaneously
repressing it.”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.